
Kepada kau yang ditemani bosan..
Siang itu terik memecah bahagiamu. Debu-debu menari ditiup angin.
Mesin genset memecah sunyi di antara daun-daun yang diselimuti abu. Aku
memandangi dari jarak yang tak terlalu jauh dari tempatmu. Waktu itu kau
diam dalam deru tawa teman-teman sebayamu yang heboh bermain kelereng.
Kupandangi kau lekat. Terlalu lekat sampai berkedip pun aku begitu
enggan. Kau bermain dalam bosanmu sendiri. Berjongkok dalam pikiranmu
yang mungkin terbang ke segala penjuru. Aku tahu bosan menemanimu
sebulan terakhir. Tak ada lagi menanggap belalang di ladang. Tak ada
lagi menyusuri rumput di kaki gunung. Tak ada lagi menunggangi kerbau
dan mengembala kambing-kambing setiap sore. Bosanmu adalah satu-satunya
teman yang tak mau pergi.
Aku tak tahu namamu. Aku tak cukup bernyali untuk memecah sunyi yang
kau nikmati. Bosanmu membangun tembok terlalu tinggi untuk mampu
kupanjat dengan sebuah perkenalan. Aku hanya bisa memandangimu lekat.
Memandangi sepasang kaki kecilmu yang dilapisi abu. Menjelma kelabu.
Ada sejuta tanya di dalam kepala. Ada sejuta haru melihatmu bertahan
di antara tumpukan pakaian dan barang-barang manusia yang tumpah ruah di
pengungsian. Ada sejuta kagum yang ingin kuutarakan. Tapi bosanmu,
terlalu tinggi untuk bisa kutaklukkan.
Kepada kau yang tak letih bermain-main dengan bosan, izinkan
kukirimkan surat yang takkan pernah terbaca olehmu ini. Doa kukirim tak
putus-putus di antara abu yang melapisi hijaunya ladang. Padamu, kutitip
kesabaran untuk menaklukkan bencana yang masih belum selesai.
Foto diambil di Posko Pengungsi Gedung Jeruk. Tanah Karo.
Minggu, 9 Februari 2014
ADS HERE !!!