Aku suka merayakan apapun yang pertama. Merayakan adik kecil yang
pertama menginjak bangku SD. Merayakan hari pertama naik jabatan.
Merayakan tahun pertama kebersamaan bersama pacar. Merayakan sesuatu
yang pertama menjelma kebiasaan.
Aku lupa kapan kegemaran ini bermula. Aku bukanlah manusia yang suka
dengan hingar bingar pesta. Tapi perayaan memang tak melulu seputar
hal-hal glamor dan bermewah-mewah. Perayaan bisa saja dilakukan dengan
mengingat, berdoa, merenung atau yang paling standar adalah
menuliskannya.
Kali ini aku memilih merayakan kali pertama dengan opsi yang
terakhir: menuliskannya. Aku merayakan hari dimana aku membeli sebuah
lipstik dengan uang sendiri. Bukan berarti selama ini aku tidak pernah
pakai lipstik, tapi baru hari inilah aku terjun langsung ke mal memilih
lipstik. Dibantu dua orang teman ternyata memilih lipstik yang berjodoh
dengan bibir ternyata tidak semudah yang dilihat.
Lipstik dioleskan satu per satu ke bibir yang malang. Warna yang satu
terlalu pucat untuk kulitku yang gelap. Sedang yang lainnya tidak
begitu indah dan pantas untuk seorang yang jarang dandan. Hebatlah para
perempuan yang mahir bergincu sedari remaja. Sedang aku baru aktif
bergincu hanya dalam beberapa bulan terakhir.
Ini perlu dirayakan.
Lipstik buat seorang Tika adalah hal yang besar. Sama seperti
saat-saat tumbuhnya payudara atau menstruasi pertama. Lipstik menandai
pertumbuhan. Memutuskan memakai lipstik adalah keputusan besar mengingat
ini bukanlah sebuah kebiasaan. Orang-orang mungkin akan bertanya apakah
aku jatuh cinta sehingga mulai sedikit lebih ‘berwarna’. Beberapa yang
lain mungkin mencibir karena aku sadar bahwa ‘polos’ tak selamanya bisa
berterima untuk lawan jenis. Beberapa mungkin memaki “lah pake lipstik?
Udah sadar kan lu kagak laku kalo gak ber-make up.”
Tapi buatku sendiri lipstik lebih dari sekedar alat mempercantik.
Persetan apa kata orang. Lipstik hari ini membawa sebuah renungan
panjang untuk diriku sendiri. Aku laksana bercermin pada masa lalu.
Melongok ke dalam waktu-waktu yang aku lalui. Dan kenapa bergincu bisa
menjadi keputusan yang sungguh terlambat untuk diputuskan?
Lipstik melukiskan merah yang gairah. Seperti hidup yang kian hari kian meriah.
Lipstik tidak membuatku tambah cantik. Dia hanya membuatku merayakan satu fase lagi kehidupan yang harus aku syukuri.
Lipstik adalah simbol merayakan kebahagiaan.
Lipstik memberi tanda bahwa bibir tetap perlu warna tak peduli
seindah apapun pesonanya.
ADS HERE !!!