Perempuan menatap deretan huruf pada buku yang sedang dibacanya.
Di depannya kekasihnya menatap dirinya dalam kagum yang membuncah. Sore
itu langit sedang tak berbahagia. Matahari luruh pada mendung yang
menutup kebahagiaan mereka yang mencandu senja.
Perempuan itu masih bertumpu pada bukunya. Menikmati sore yang tenang
di gerai kopi yang dia kutuk rasa kopinya. Kali ini dia tak terlalu
bawel soal rasa. Kebahagiaan bersama sang kekasih ternyata memaklumi
rasa sebal yang dihasilkan kopi tak sempurna.
Gerai kopi ini berganti manusia. Ada yang datang dan tak sedikit yang
pergi. Kursi-kursi kosong berganti menjadi isi. Dan yang tadi penuh
berisi kini berganti kosong seiring dengan cangkir-cangkir kosong yang
kehilangan tuannya.
Perempuan itu menikmati kopinya ditemani senyum sang kekasih. Dia
menatap cinta di hadapannya dari cangkir kopi. Ada bahagia baru yang tak
bisa dia paparkan. Tapi dia tahu bahwa Tuhan sedang menghadiahkan dia
cinta baru dari patah hati kemarin yang berujung duka yang panjang.
Sisa-sisa kopi menjadi saksi dari kencan mereka berdua yang lebih
banyak diisi diam. Bukan, bukan tidak bahagia. Tapi diam kali ini adalah
diam dalam kekaguman atas kebahagiaan saling memiliki. Saling dimiliki.
Bahkan sepasang cangkir yang mendingin pun tak kehilangan gairahnya
saat perempuan dan kekasih saling melebur hangat di antara meja.
Tak ada lagi senja disapu mendung. Gelap telah datang dan
menghadiahkan bintang yang bertabur di langit malam. Perempuan dan
kekasihnya saling menggenggam seperti takkan bertemu lagi. Peluk dan
cium dituai seiring malam yang makin tinggi.
ADS HERE !!!