
Ada masa dimana aku hanya berbaring hampir telanjang di atas tempat
tidur yang di kelilingi barang-barang yang terdampar tidak pada
tempatnya. Dan di tengah kekacauan yang kalian kira menyesakkan itu, ada
hal yang lebih kacau lagi memorak-morandakan pikiran yang kusut. Dalam
keadaan setengah telanjang yang jauh dari definisi indah, seikat pikiran
kusut menjelma bijak.
Waktu itu aku sedang putus cinta. Atau baru sadar kalau aku putus
cinta padahal mungkin cinta sudah lama pergi dari hati yang sungguh
kurang ajar ini. Ternyata putus cinta terkadang membuat manusia
termotivasi untuk bunuh diri. Maaf kepada semua orang yang pernahku
olok-olok. Kalian benar teman, putus cinta itu sesaknya sungguh parah.
Lebih sesak dari memakai bra dengan ukuran dua kali lebih kecil dari
ukuran dada kita.
Air mata tumpah tak henti-hentinya. Mata bengkak seperti siput yang
ketabrak kerikil sehingga kompres pun tak mampu meredakan bengkaknya.
Pikiran kalut. Gelisah bergulung-gulung membenturkan sakitnya dari hati
ke kepala, ke hati lagi ke kepala lagi dan begitu terus sampai
kehilangan jati diri.
Di saat gila seperti ini, bunuh diri adalah opsi. Teman, bunuh diri
itu bangsat sekali. Di saat kau sedemikian sedih, dia menjelma sesosok
pria tampan yang ingin sekali dihampiri. Biadab, bangsat, bajiangan,
brengsek, asu!
Sedih tak juga reda. Dan aku masih setengah telanjang di antara kamar
yang sama hancurnya seperti perasaan. Dalam jiwa yang rapuh tiba-tiba
aku teringat Tuhan. Tuhan memang paling tahu menampar manusia tak tahu
diri sepertiku ini dengan ingatan-ingatan yang membuat hati menggelepar.
Tiba-tiba sepotong pita rekaman dimainkan di kepala. Memori tentang
hidup dan masa-masa indah kembali diputar diiringi heningnya harmoni
kesepian sendiri. Aku mengingat betapa banyak cinta yang lalu-lalang.
Aku merasakan kembali sentuhan tangan, bibir, peluk, tawa, tangis dan
cinta yang begitu banyak. Aku menyaksikan kembali masa lalu yang kalut.
Ada berkali-kali putus cinta yang pernah aku lewati. Ada ribuan tetes
air mata yang tumpah yang ujung-ujungnya membuat aku bangkit lagi.
Dunia menjelma baik-baik saja. Hasrat ingin bunuh diri mendadak hilang keseksiannya.
Pikiran terus terbang ke masa lalu. Senyum keluarga yang bangga
tiba-tiba bergerak menyadarkan kesedihan. Kebodohan yang menjelma komedi
untuk diri sendiri berubah menjadi satir yang tak mungkin terlupa.
Sedihku kehilangan kekuatannya. Putus asaku mendadak lemah tergantikan
rasa syukur yang menanti bahagia.
Berani benar aku ingin menghabisi hidup sedangkan Tuhan dengan penuh
rahmat memberikan segala indah dengan cuma-cuma. Putus cinta adalah
sampah yang tak selalu hadir dalam hidup. Dan dengan keadaan setengah
telanjang berlinang air mata serta mata bengkak aku bangkit. Membereskan
kamar yang tak punya jiwa dan kembali tersenyum di bawah pancuran kamar
mandi yang mendadak sejuk luar biasa.
ADS HERE !!!