
Suratku kali ini kutulis dengan hati yang kehiangan rasa sakitnya.
Semuanya habis dimakan masa beserta isi kepala yang berantakan seperti
tumpukan tinja di toilet umum.
Suratku ini kutulis dengan bara yang sama ketika rindu padamu
mengalir tanpa henti. Memilin janji-janji di gulungan ombak yang
berdebur memecah subuh.
Aku sedang kurang merasa manusia akhir-akhir ini. Aku rindu kau yang
tak berhenti menyerocos tentang satwa-satwa yang lebih mulia dari
manusia. Rinduku terkadang berubah menjadi macan. Mengaum dan mencakar
lewat relung hati terdalam. Memberi luka yang sama seperti perpisahanku
dengan kenangan di stasiun. Ah, andai kau ada di sini sekarang. Sudah
kurebahkan semua gelisahku pada dadamu yang serupa bantal. Aku lelah
menjadi baik. Aku lelah menjadi manusia berhati ular yang
melenggak-lenggok di balik gemerlap kebaikan.
Aku merindu dirimu yang dengan jujur menelanjangi kesombonganku satu-satu.
Surat ini mungkin membuatmu bingung. Aku juga menulisnya dengan kadar
bingung yang sama. Kepalaku yang dulu kau bilang bianglala kini tak
lagi mampu berputar. Semuanya statis dalam irama mistis yang tak seorang
pun terhibur saat mendengarnya.
Aku rindu kau yang melucuti kepura-puraanku di atas topeng bernama moral.
Sebelum surat ini semakin mengalir ke hal yang tak semestinya aku
cuma mau kau tahu bahwa padamu segala kebohongan kehilangan kekuatannya.
Cuma kau yang mampu melihatku sebagai diriku yang serupa binatang tanpa
pandangan rendah dan namun indah.
Cuma padamu aku tak perlu menjadi manusia tapi apa saja yang membuatku berharga.
#30HariMenulisSuratCinta
#Hari19
ADS HERE !!!