Manusia adalah makhluk kadang-kadang. Kadang bahagia, kadang sedih,
kadang berduka, kadang berpesta, kadang mendamba masa lalu, kadang
memuja kekinian, kadang terlalu rapuh, kadang sok kuat bagai mantra
setan. Begitu juga aku. Hari kemarin aku mengutuk sulitnya menjadi orang
dewasa. Sungguh menyebalkannya dibebani tanggung jawab yang sepertinya
tak habis-habis. Di masa-masa gelap dan kelam itu aku mendamba menjadi
anak-anak saat beban lenyap dalam sekali malam. Yang ada hanya
bersenang-senang seharian. Dan kalaupun bersedih segala kesedihan mampu
lenyap dalam satu malam berganti dengan kesenangan yang datang tak
habis-habis.
Tapi menjadi dewasa seketika bisa menjadi sangat menyenangkan. Saat
aku mampu memutuskan apa-apa yang ingin kulakukan tanpa kungkungan orang
tua. Saatku bisa bebas mencintai apa yang kucintai tanpa takut dianggap
salah dan berdosa. Menjadi dewasa saat jatuh cinta menyenangkan luar
biasa. Bukan berarti sewaktu kecil aku tak pernah jatuh cinta. Waktu
kecil cinta menjelma mainan dan impian-impian semu terhadap guru yang
tampan. Menyenangkan? Sudah pasti. Tapi dalam umur semuda itu jatuh
cintamu terkungkung oleh ketidakmampuan yang dibatasi banyak hal.
Sedangkan di saat dewasa segalanya terasa lebih luas meskipun kau masih
saja terkungkung batas-batas.
Semakin ke sini aku semakin tersadar bahwa menjadi dewasa tidak
seburuk yang dikeluhkan manusia di luar sana. Masalah orang dewasa tentu
lebih pelik dari masalah sewaktu kecil. Tapi bukankah masalah
menjadikan hidup manusia semakin asik? Masalah mengajari kita lebih
cerdik menghadapi apa-apa yang menyebalkan. Masalah mengajari kita lebih
kreatif menyelesaikan segala yang harus diselesaikan dan menemukan
kebahagiaan lain yang bisa saja luar biasa di hari akhir.
Menjadi dewasa tidak begitu buruk untuk mereka yang memiliki stok bersyukur lebih banyak dari stok mengeluh.
Akhir-akhir ini aku sering berpikir bahwa apa jadinya jika manusia
terus-terusan menjelma anak kecil dan kedewasaan mendadak raib dari muka
bumi? Semua manusia bermain-main di taman dan seks menjelma sesuatu
yang langka. Semua manusia berkelahi hanya karena sebuah bola atau
boneka atau permen atau cokelat. Sesederhana itu.
Apa nikmatnya tidak bertumbuh dan dengan mudah menangisi hal-hal yang
tidak penting dan di saat bersamaan bersuka ria atas hal yang itu-itu
juga?
Menjadi dewasa memberi nikmat atas banyak hal. Mencintai, bertanggung
jawab, rapuh, jatuh, duka, suka, tawa, kesuksesan, gairah, rasa syukur,
bangga dan begitu banyak hal lain yang tidak bisa kita maknai sewaktu
kita kecil
Buat saya menjadi dewasa bukan hanya perkara angka yang tiap tahun
semakin membanyak. Menjadi dewasa berarti menjadi manusia yang
bertumbuh. Bertumbuh ke atas, bertumbuh ke samping, bertumbuh tanpa
melupa akar.
ADS HERE !!!