Namanya Lika. Senyumnya habis dihisap masa. Matanya menatap
botol bir yang ketiga sedangkan bibirnya mencumbui rokok yang entah
sudah berapa kali gonta-ganti di sana.
Namanya Lika tanpa liku yang mengiringi setelahnya. Liku tak terpatri
menjadi belakang nama, tapi sialnya membuntutinya sepanjang hidup. Dari
orok hingga dia mencandu arak. Liku menjelma kisah cinta, cita-cita
hingga apa saja yang membuat hatinya memar-memar penuh luka.
Namanya Lika. Dia penguasa meja sudut bar tempatku bekerja. Terkadang
dia diam dipeluk luka. Terkadang dia berbicara pada botol bir yang
menjelma sahabat lama. Terkadang dia menatap panggung kosong yang tak
ada penghuninya. Terkadang dia lebur dalam kantuk di atas meja.
Terkadang dia luka, terkadang dia gila, terkadang dia serupa bidadari
yang diliputi cahaya.
Namanya Lika. Dan dia tak tahu namaku. Yang dia tahu hanya dirinya
sendiri yang menari dalam masa lalu yang tak pernah indah. Dia ratu bagi
dirinya sendiri, bagi hatinya sendiri, bagi kerajaan alkohol dan
kesatria puntung rokok yang mengabdi pada asbak di atas meja.
Namanya Lika. Dalam termaram dia cantik luar biasa.
Untuk Lika, yang tak pernah kulihat langsung wujudnya.
ADS HERE !!!