Kau takkan pernah tahu kemana nasib akan menggiringmu. Kadang
dia membelaimu dalam nikmat sesaat dan kemudian mencampakkanmu di menit
berikutnya.
Malam masih muda. Aku terpuruk di hadapan sepiring nasi goreng yang
tak habis kulahap. Jalan ini penuh orang-orang berbagai rupa. Musik
penjual DVD bajakan mengiringi malam makin muram. Lagu-lagu lawas yang
di-remix menambah ngeri suasana.
Kota ini ramai. Gerimis membumbui magis. Entah ini horor atau ini
hanya perasaanku saja. Tapi berada di warung ini seperti di kelilingi zombie
berwajah dewa. Ibu di meja sebelah habis memaki suaminya yang tampak
bahagia. Mungkin baginya segala cerca adalah puisi penutup hari.
Tepat di depanku keluarga muda tersenyum dengan bahagia yang
janggal. Entah pura-pura, entah bahagia sungguhan. Anak mereka merengek
minta dibelikan sate. Sedang ibunya ngotot memesankan nasi goreng. Oh nak, malangnya hakmu telah diperkosa sejak kecil. Orang dewasa memang paling gemar memaksakan kehendak mereka.
Penjual nasi goreng ini berwajah datar. Bahagianya mungkin sudah
lama lenyap di penggorengan. Tukang parkir berjaga-jaga takut kecolongan
seribu rupiah. Matanya awas menatap setiap kendaraan yang singgah.
Hidup ternyata tak hanya soal yang indah-indah. Tapi berjuta rasa ngeri yang dituai dengan curiga.
Adzan Isya bersahut-sahutan dengan musik dangdut yang membuatku
kehilangan selera. Bunyi nasi goreng diaduk dan suara klakson kendaraan
menjadikan harmoni malam ini sama sekali mengerikan. Manusia tersenyum
dalam bahagia yang mungkin baru dibelinya di swalayan. Malam masih muda.
Tapi aku sudah tak sanggup dalam diam yang terlanjur renta.
Ditulis pada Rabu, 2 Oktober 2013.
Di pinggir jalan yang tak indah.
ADS HERE !!!